Selasa, 21 November 2017

Review Jurnal 'Profesionalisme Internal Auditor dan Intensi Melakukan Whistleblowing'

Nama: Kiki Rizky Virliana
NPM: 25214892
Kelas: 4EB42
Jurusan: Akuntansi
Fakultas: Ekonomi

Review ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Akuntansi. Review yang dikerjakan oleh kelompok 2 ini, membahas mengenai sebuah jurnal ilmiah berjudul 'Profesionalisme Internal Auditor dan Intensi Melakukan Whistleblowing' karya Yusar Sagara yang dipublikasikan dalam Jurnal Liquidity Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2013, Hal. 34-44.

Dalam jurnalnya ini, Sagara menjabarkan hasil penelitiannya mengenai Profesionalisme seorang Internal Auditor terhadap Intensi melakukan Whistleblowing. Sagara berharap, dengan adanya jurnal ini bisa menambah profesionalsime seorang Internal Auditor dan menjadikan seorang Internal Auditor lebih independen dan objektif. Jurnal Yusar Sagara dapat diunduh di SINI.

Berikut adalah hasil review yang telah diselesaikan oleh Kelompok 2





Latar Belakang

Internal auditor sebagai pihak di dalam organisasi yang memiliki wewenang untuk mengidentifikasi, mengukur, menelaah serta mengevaluasi kegiatan operasional dan efektifitas perusahaan memiliki berbagai tanggung jawab dan dapat melaporkan berbagai aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. Sebagai penilai independen di bidang akuntansi dan manajemen, internal auditor dapat mengemukakan pendapat untuk memperbaiki atau mengoreksi dengan memberikan informasi kepada manajemen. Tetapi informasi yang diungkapkan perusahaan tidak selalu sesuai dengan realita, sehingga banyak terdapat hal fiktif yang bertolak belakang dengan prinsip moral dan etika seorang akuntan.
Kasus fraud (kecurangan) pada perusahaan banyak terjadi seperti manipulasi akuntansi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan di Indonesia. Hal tersebut merupakan pengungkapan praktik ilegal yang melanggar hukum dan internal auditor tidak dapat mendeteksi kecurangan yang dilakukan manajemen. Dalam menjalankan tugasnya, internal auditor harus memiliki profesionalisme, yang berarti memiliki keahlian dengan kualifikasi tertentu, berpengalaman sesuai bidang keahlian berdasarkan prinsip moral dan etika profesi. Walaupun dapat mendeteksi fraud, tidak semua auditor berani untuk mengungkapkan fraud tersebut.
Dalam Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran yang diterbitkan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dijelaskan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Institue of Bussiness Ethics (2007) menyimpulkan bahwa satu diantara empat karyawan mengetahui kejadian pelanggaran tetapi lebih dari separuh (52%) dari yang mengetahui tetap diam dan tidak melakukan apapun. Tindakan diam terhadap bentuk fraud bertentangan dengan profesionalisme internal auditor. Menurut Standar Profesi Internal Auditors (IIA) pada tahun 2009 bahwa internal auditor harus bersifat independen dan obyektif terhadap performa pekerjaan mereka.


 Whistleblowing merupakan proses yang berkenaan dengan sikap dan tindakan pribadi terhadap tanggung jawab dalam organisasi. Akibat dari hal tersebut seorang whistleblower menekankan untuk membantu suatu pihak dalam menyehatkan sebuah organisasi atau perusahaan dan terkadang terdapat motif tertentu yang menjadi motivasi seorang whistleblower dengan niat untuk melaporkan fraud yang dapat membahayan keberadaan organisasi melalui informasi yang telah diketahui.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari jurnal ini untuk menganalisis seberapa pengaruh profesional internal auditor terhadap intensi untuk melakukan Whistleblowing (pelaporan kecurangan). Hal ini berkaitan dengan tugas auditor yang harus independen, sebab auditor internal memiliki banyak tekanan dari internal perusahaan itu sendiri namun tetap saja harus bisa profesional melaporkan kecurangan yang terjadi.

Metode Penelitian

 Metode yang digunakan untuk dalam menganalisa data kuantitatif menggunakan MS. Excel dan SPSS. MS. Excel digunakan untuk mengolah data yang dikumpulkan dari kuisioner sedangkan SPSS untuk menganalisa data agar lebih mudah dan hasilnya akurat.

↠ Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah profesionalisme internal auditor. Profesionalisme internal auditor menggunakan konsep dari Kalbers dan Forgathy (1995). Menurut mereka, terdapat 4 (empat) dimensi untuk menilai profesionalisme  yaitu Afiliasi dengan komunitas, Tuntutan untuk mandiri, Keyakinan terhadap peraturan sendiri atau profesi, dan Kepentingan sosial.

         Pengukuran variabel dalam kuisioner ini menggunakan skala linkert 1 (sangat tidak puas) sampai 5 (sangat puas), dalam hal ini sebaiknya menggunakan 4 skala saja, karena kecenderungan responden akan mengisi diangka imbang yaitu 3 (cukup) sehingga hasil data biasanya menjadi monoton dan kurang realistis. Dalam kuisioner ini terdapat 16 pertanyaan yang diskenariokan dengan di atas namun tidak dilampirkan

↠ Variabel Dependen (Y)

           Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah intensi melakukan wistleblowing. Pengukuran variabel menggunakan skenario yang dikembangkan oleh Schultz et al. (1993) dengan mengembangkan 6 kasus yaitu 3 kasus akuntansi dan 3 kasus umum. Dalam penelitian ini hanya kasus akuntansi yang digunakan dengan pertimbangan relevansinya.

           Skenario tersebut menceritakan tentang seorang auditor internal yang menemukan kecurangan yang sengaja dilakuakan oleh manajer dan skenario lainnya menceritakan seorang auditor internal yang berada dalam tekanan direktur atau chief  internal auditor untuk tidak melaporkan segala kecurangan yang bersifat material laporan hasil auditnya. Hal ini cukup membuat dilema seorang internal auditor dimana mereka harus tetap independen dalam menjalankan tugasnya dan harus melaporkan segala temuan kecurangan yang terjadi namun harus tahu pula alasan dibalik kecurangan tersebut agar karir mereka tetap “aman”.


Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen ini disebut  dengan rumus:



Y = a - b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Dimana:
Y      = Variabel Dependen (intensi melakukan whistleblowing)
X1    = profesionalisme internal auditor (dimensi afiliasi komunitas)

X2    = Profesionalisme internal auditor (dimensi kewajiban sosial)
X3    = Profesionalisme internal auditor (dimensi dedikasi terhadap pekerjaan)
X4    = Profesionalisme internal auditor (dimensi keyakinan terhadap peraturan sendiri atau profesi)
X5    = Profesionalisme internal auditor (dimensi tuntutan untuk mandiri)
a       = Konstanta
b       = Koefisien Regresi



Pembahasan

↠ Hasil Simultan

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil uji koefisien determinasi terlihat pada tabel di bawah ini
   
              Tabel 1. Uji Koefisien Determinasi

Model
R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
1
.520a
.271
.192
5.101
Tabel diatas menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0.192 (19.2%), yang menunjukkan bahwa variabel profesionalisme internal auditor (dimensi afiliasi komunitas), profesionalisme internal auditor (dimensi kewajiban sosial), profesionalisme internal auditor (dimensi dedikasi terhadap pekerjaan), profesionalisme internal auditor (dimensi keyakinan terhadap peraturan sendiri atau profesi) dan profesionalisme internal auditor (dimensi tuntutan untuk mandiri) terhadap intensi melakukan whistleblowing adalah sebesar 19.2%, sedangkan sisanya sebesar 0.818 atau 81.8%, dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model penelitian ini.


Uji Statistik F

Berdasarkan hasil uji F, didapat nilai F hitung sebesar 3.414 dengan signifikansi 0.01. Karena tingkat signifikansi lebih kecil daripada 0.05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi intensi melakukan whistleblowing atau dapat dikatakan bahwa variabel profesionalisme internal auditor (dimensi afiliasi komunitas), profesionalisme internal auditor (dimensi kewajiban sosial), profesionalisme internal auditor (dimensi dedikasi terhadap pekerjaan), profesionalisme internal auditor (dimensi keyakinan terhadap peraturan sendiri atau profesi) dan profesionalisme internal auditor (dimensi tuntutan untuk mandiri) mempunyai pengaruh secara simultan terhadap intensi melakukan whistleblowing.

Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 23.032 – 0.105X1 + 0.606X2 – 0.617X3 + 0.112X4 + 1.469X5 + 7.755

↠ Hasil Parsial

Pengaruh Profesionalisme Internal Auditor (Dimensi Afiliasi Komunitas) terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing

Berdasarkan hasil penelitian, variabel X1 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,751 (p value > 0,05) dan koefisien regresi bernilai -0,105. Angka-angka ini menunjukkan bahwa Dimensi Afiliasi Komunitas memiliki dampak negatif atau bertolak belakang dengan intensi seorang Internal Auditor untuk melakukan whistleblowing.
Pada awalnya Sagara memiliki asumsi semakin sering seorang Internal Auditor berkumpul atau berdiskusi dengan sesamanya, membuat intensi seorang Internal Auditor untuk menjadi whistleblower menjadi meningkat. Namun hasil penelitian berkata sebaliknya. Seorang Internal Auditor yang sering berkumpul dengan sesama Internal Auditor, sering berdiskusi dalam sebuah forum bersama Internal Auditor lainnya, atau sering membaca jurnal ilmiah yang berkaitan dengan profesinya, tidak menjadi jaminan bahwa kesadarannya dalam melaporkan tiap tindak kecurangan di perusahaannya juga akan meningkat. Dengan berkumpul bersama dengan sesama Internal Auditor, berdiskusi dan bertukar pikiran memang bisa membuat seorang Internal Auditor menjadi lebih profesional dalam melakukan pekerjaannya. Namun, untuk menjadi seorang whistleblower, itu semua dikembalikan pada tiap masing-masing individu. Setiap Auditor Internal memiliki alasan, faktor, dan motifnya sendiri untuk melaporkan atau tidak melaporkan ketidakwajaran yang terjadi di perusahaan tempatnya bekerja.

Pengaruh Profesionalisme Internal Auditor (Dimensi Kewajiban Sosial) terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing

Berdasarkan hasil penelitian, variabel X2 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,129 (p-value > 0,05) dan koefisien regresi bernilai 0,606. Angka-angka ini menunjukkan bahwa Dimensi Kewajiban Sosial memiliki dampak negatif atau bertolak belakang dengan intensi seorang Internal Auditor untuk melakukan whistleblowing.
Internal Auditor merupakan sebuah profesi yang memiliki peran penting di masyarakat dengan menilai apakah perusahaan yang diauditnya telah memenuhi kriteria wajar atau belum. Namun demikian, hal ini tidak membuat seorang Internal Auditor menjadi meningkat keinginannya untuk menjadi seorang whistleblower. Kesadaran bahwa profesinya memiliki kewajiban dan secara tidak langsung bertanggungjawab kepada masyarakat ternyata belum cukup untuk memotivasi seorang Internal Auditor menjadi seorang whistleblower.

Pengaruh Profesionalisme Internal Auditor (Dimensi Dedikasi terhadap Pekerjaan) terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing

Berdasarkan hasil penelitian, variabel X3 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,696 (p-value > 0,05) dan koefisien regresi bernilai -0,167. Angka-angka ini menunjukkan bahwa Dimensi Dedikasi terhadap Pekerjaan memiliki dampak negatif atau bertolak belakang dengan intensi seorang Internal Auditor untuk melakukan whistleblowing.
Anggapan Sagara bahwa semakin seorang Internal Auditor berdedikasi terhadap pekerjaannya maka semakin tinggi juga niatan untuk melaporkan kecurangan dipatahkan oleh hasil penelitian ini. Seorang Auditor Internal, meskipun telah melakukan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya tidak akan semerta-merta membuat niat dirinya akan menjadi seorang whistleblower saat ia menemukan kecurangan di dalam perusahaan yang diauditnya. Sagara berpendapat, bahwa pemberian reward atau gaji yang tinggi untuk Internal Auditor bisa membuat mereka termotivasi untuk melakukan whistleblowing jika memang ada kecurangan yang terjadi.

Pengaruh Profesionalisme Internal Auditor (Dimensi Keyakinan terhadap Peraturan Sendiri atau Profesi) terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing

Berdasarkan hasil penelitian, variabel X4 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,744 (p-value > 0,05) dan koefisien regresi bernilai 0,112. Angka-angka ini menunjukkan bahwa Dimensi Keyakinan terhadap Peraturan Sendiri atau Profesi memiliki dampak negatif atau bertolak belakang dengan intensi seorang Internal Auditor untuk melakukan whistleblowing.
Sudah selayaknya dibuat suatu standar atau aturan khusus untuk profesi Internal Auditor sehingga meskipun mereka adalah Auditor Internal, tetapi mereka bisa bekerja secara independen. Tidak adanya standar dan atau aturan ini, yang berlaku secara umum, membuat Internal Auditor masih bekerja sesuai dengan standar perusahaan atau organisasi masing-masing, dan hal ini bisa menjadi celah pihak managemen untuk mengintervensi Internal Auditor. Intervensi yang dilakukan pihak managemen ini akan menyulitkan posisi Internal Auditor untuk melakukan whistleblowing. Sagara berpendapat, seorang Internal Auditor akan melaporkan kecurangan di perusahaannya saat terjadi konflik di perusahaan yang bersangkutan.

 Pengaruh Profesionalisme Internal Auditor (Dimensi Tuntutan untuk Mandiri) terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing

Berdasarkan hasil penelitian, variabel X5 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,002 (p-value < 0,05) dan koefisien regresi bernilai 1,469. Angka-angka ini menunjukkan bahwa Dimensi Tuntutan untuk Mandiri memiliki dampak positif atau sejalan dengan intensi seorang Internal Auditor untuk melakukan whistleblowing.

Hal ini sejalan dengan asumsi awal Sagara bahwa semakin mandiri seorang Internal Auditor, maka semakin tinggi pula kemungkinan ia akan menjadi seorang whistleblower. Ini semua menandakan, untuk terciptanya lingkungan perusahaan atau organisasi yang sehat dan bersih, maka seorang Internal Auditor harus dituntut bekerja secara mandiri dan independen tanpa adanya intervensi dari pihak manapun. Tentunya tuntutan untuk mandiri ini datang bukan hanya dari dalam diri tiap individu Internal Auditor tapi juga dorongan dari berbagai pihak, terlebih pemerintah dan masyarakat yang senantiasa ikut mengawasi kinerja Internal Auditor agar kecurangan-kecurangan yang dilakukan perusahaan dan berpotensi merugikan masyarakat bisa ditekan bahkan hilang sama sekali.

    

       Kesimpulan dan Saran

     ↠ Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikumpulkan dan diolah, diketahui bahwa Penelitian ini menghasilkan kesimpulan yaitu:
1.             Profesionalisme internal auditor dimensi afiliasi komunitas berpengaruh negative terhadap intensi melakukan whistleblowing
2.             Profesionalisme internal auditor dimensi Kewajiban social berpengaruh negatif terhadap intensi melakukan whistleblowing
3.             Profesionalisme internal auditor dimensi Dedikasi terhadap pekerjaan berpengaruh negatif terhadap intensi melakukan whistleblowing
4.             Profesionalisme internal auditor Keyakinan terhadap peraturan sendiri atau komunitas berpengaruh negatif terhadap intensi melakukan whistleblowing
5.             Profesionalisme internal auditor dimensi tuntutan untuk mandiri berpengaruh positif terhadap intensi melakukan whistleblowing
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mendorong manajemen untuk meningkatkan Profesionalisme internal auditor melalui pendidikan dan diberikan reward sehingga dapat meningkatkan pengungkapan terhadap pelanggaran yang terjadi. Selain itu diharapkan manajemen menerapkan whistleblowing system. Karena hal ini dapat menciptakan kinerja manajemen menjadi lebih baik.

     ↠ Saran

Saran-saran yang peneliti berikan bagi kesempurnaan penelitian-penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1.             Disarankan untuk mendapatkan data berupa wawancara dari beberapa internal auditor yang menjadi responden penelitian agar bisa mendapatkan data yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang mungkin terlalu sempit atau kurang menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
2.      Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas daerah survei, sehingga hasil penelitian lebih mungkin untuk disimpulkan secara umum.
3.      Disarankan untuk penulis selanjutnya juga untuk menambah variabel independen selain yang telah digunakan dalam penelitian ini.
          

     Kelebihan Jurnal

1.         Penggunaan Aplikasi SPSS dinilai sudah tepat karena hasilnya lebih akurat.
2.         Variabel yang digunakan sudah tepat karena berlandaskan konsep dari Kalbers dan Forgathy (1995).
3.   Kuesioner cukup memudahkan dalam pengumpulan data karena tidak memerlukan waktu yang lama dan data lebih up to date.
4.    Penjabaran yang mendetail terutama pada bagian pembahasan parsial memudahkan pembaca lebih memahami tentang isi jurnal.


      Kekurangan Jurnal

1.             Tidak dijelaskan subjek dalam jurnal
2.             Tidak dilampirkan isi dari kuesioner
3.       Skala ganjil yang digunakan dalam kuesioner dikhawatirkan membuat jawaban responden terhadap kuesioner menjadi monoton.

Demikianlah review jurnal Profesionalisme Internal Auditor dan Intensi Melakukan Whistleblowing karya Yusar Sagara yang dikerjakan oleh Kelompok 2. Semoga review ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Terima Kasih.
     



0 komentar:

Posting Komentar