NPM: 25214892
Kelas: 4EB42
Jurusan: Akuntansi
Fakultas: Ekonomi
Review ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Akuntansi. Review yang dikerjakan oleh kelompok 2 ini, membahas mengenai sebuah jurnal ilmiah berjudul 'Profesionalisme Internal Auditor dan Intensi Melakukan Whistleblowing' karya Yusar Sagara yang dipublikasikan dalam Jurnal Liquidity Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2013, Hal. 34-44.
Dalam jurnalnya ini, Sagara menjabarkan hasil penelitiannya mengenai Profesionalisme seorang Internal Auditor terhadap Intensi melakukan Whistleblowing. Sagara berharap, dengan adanya jurnal ini bisa menambah profesionalsime seorang Internal Auditor dan menjadikan seorang Internal Auditor lebih independen dan objektif. Jurnal Yusar Sagara dapat diunduh di SINI.
Berikut adalah hasil review yang telah diselesaikan oleh Kelompok 2
Latar Belakang
Internal
auditor sebagai pihak di dalam
organisasi yang memiliki wewenang untuk mengidentifikasi, mengukur, menelaah
serta mengevaluasi kegiatan operasional dan efektifitas perusahaan memiliki
berbagai tanggung jawab dan dapat melaporkan berbagai aktivitas yang terjadi di
dalam perusahaan. Sebagai penilai independen di bidang akuntansi dan manajemen,
internal auditor dapat mengemukakan pendapat untuk memperbaiki atau mengoreksi
dengan memberikan informasi kepada manajemen. Tetapi informasi yang diungkapkan
perusahaan tidak selalu sesuai dengan realita, sehingga banyak terdapat hal
fiktif yang bertolak belakang dengan prinsip moral dan etika seorang akuntan.
Kasus
fraud (kecurangan) pada perusahaan
banyak terjadi seperti manipulasi akuntansi yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan di Indonesia. Hal tersebut merupakan pengungkapan praktik ilegal
yang melanggar hukum dan internal auditor tidak dapat mendeteksi kecurangan
yang dilakukan manajemen. Dalam menjalankan tugasnya, internal auditor harus
memiliki profesionalisme, yang berarti memiliki keahlian dengan kualifikasi
tertentu, berpengalaman sesuai bidang keahlian berdasarkan prinsip moral dan
etika profesi. Walaupun dapat mendeteksi fraud,
tidak semua auditor berani untuk mengungkapkan fraud tersebut.
Dalam
Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran yang diterbitkan Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) dijelaskan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Institue of
Bussiness Ethics (2007) menyimpulkan bahwa satu diantara empat karyawan
mengetahui kejadian pelanggaran tetapi lebih dari separuh (52%) dari yang
mengetahui tetap diam dan tidak melakukan apapun. Tindakan diam terhadap bentuk
fraud bertentangan dengan profesionalisme internal auditor. Menurut Standar
Profesi Internal Auditors (IIA) pada tahun 2009 bahwa internal auditor harus
bersifat independen dan obyektif terhadap performa pekerjaan mereka.
Whistleblowing
merupakan proses yang berkenaan dengan sikap dan tindakan pribadi terhadap
tanggung jawab dalam organisasi. Akibat dari hal tersebut seorang whistleblower menekankan untuk membantu
suatu pihak dalam menyehatkan sebuah organisasi atau perusahaan dan terkadang
terdapat motif tertentu yang menjadi motivasi seorang whistleblower dengan niat untuk melaporkan fraud yang dapat
membahayan keberadaan organisasi melalui informasi yang telah diketahui.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian dari jurnal ini untuk menganalisis seberapa pengaruh profesional
internal auditor terhadap intensi
untuk melakukan Whistleblowing (pelaporan kecurangan). Hal ini berkaitan dengan
tugas auditor yang harus independen, sebab auditor internal memiliki banyak
tekanan dari internal perusahaan itu sendiri namun tetap saja harus bisa
profesional melaporkan kecurangan yang terjadi.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan untuk dalam menganalisa data kuantitatif menggunakan MS. Excel
dan SPSS. MS. Excel digunakan untuk mengolah data yang dikumpulkan dari kuisioner sedangkan SPSS untuk menganalisa data
agar lebih mudah dan hasilnya akurat.
↠ Variabel Independen (X)
Variabel
independen dalam penelitian ini adalah profesionalisme internal auditor.
Profesionalisme internal auditor menggunakan konsep dari Kalbers dan Forgathy
(1995). Menurut mereka, terdapat 4 (empat) dimensi untuk menilai
profesionalisme yaitu Afiliasi dengan komunitas, Tuntutan untuk mandiri, Keyakinan terhadap peraturan sendiri
atau profesi, dan Kepentingan sosial.
Pengukuran variabel dalam kuisioner ini
menggunakan skala linkert 1 (sangat tidak puas) sampai 5 (sangat puas), dalam
hal ini sebaiknya menggunakan 4 skala saja, karena kecenderungan responden akan
mengisi diangka imbang yaitu 3 (cukup) sehingga hasil data biasanya menjadi
monoton dan kurang realistis. Dalam kuisioner ini terdapat 16 pertanyaan yang
diskenariokan dengan di atas namun tidak dilampirkan
↠ Variabel Dependen (Y)
Variabel
Dependen dalam penelitian ini adalah intensi melakukan wistleblowing. Pengukuran variabel menggunakan skenario yang
dikembangkan oleh Schultz et al.
(1993) dengan mengembangkan 6 kasus yaitu 3 kasus akuntansi dan 3 kasus umum.
Dalam penelitian ini hanya kasus akuntansi yang digunakan dengan pertimbangan
relevansinya.
Skenario tersebut menceritakan tentang seorang auditor internal yang menemukan kecurangan yang sengaja dilakuakan oleh manajer dan skenario lainnya menceritakan seorang auditor internal yang berada dalam tekanan direktur atau chief internal auditor untuk tidak melaporkan segala kecurangan yang bersifat material laporan hasil auditnya. Hal ini cukup membuat dilema seorang internal auditor dimana mereka harus tetap independen dalam menjalankan tugasnya dan harus melaporkan segala temuan kecurangan yang terjadi namun harus tahu pula alasan dibalik kecurangan tersebut agar karir mereka tetap “aman”.
Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen ini disebut dengan rumus:
Y = a - b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Dimana:
Y = Variabel Dependen (intensi melakukan
whistleblowing)
X1 = profesionalisme internal auditor (dimensi
afiliasi komunitas)
X2 = Profesionalisme internal auditor (dimensi
kewajiban sosial)
X3 = Profesionalisme internal auditor (dimensi dedikasi terhadap pekerjaan)
X4 = Profesionalisme internal auditor (dimensi keyakinan terhadap peraturan sendiri atau profesi)
X5 = Profesionalisme internal auditor (dimensi tuntutan untuk mandiri)
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X3 = Profesionalisme internal auditor (dimensi dedikasi terhadap pekerjaan)
X4 = Profesionalisme internal auditor (dimensi keyakinan terhadap peraturan sendiri atau profesi)
X5 = Profesionalisme internal auditor (dimensi tuntutan untuk mandiri)
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
Pembahasan
↠ Hasil Simultan
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil uji koefisien determinasi terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
1. Uji Koefisien Determinasi
Model
|
R
|
R
Square
|
Adjusted
R Square
|
Std. Error of
the Estimate
|
1
|
.520a
|
.271
|
.192
|
5.101
|
Tabel diatas
menunjukkan nilai adjusted R2
sebesar 0.192 (19.2%), yang menunjukkan bahwa variabel profesionalisme internal
auditor (dimensi afiliasi komunitas), profesionalisme internal auditor (dimensi
kewajiban sosial), profesionalisme internal auditor (dimensi dedikasi terhadap
pekerjaan), profesionalisme internal auditor (dimensi keyakinan terhadap
peraturan sendiri atau profesi) dan profesionalisme internal auditor (dimensi
tuntutan untuk mandiri) terhadap intensi melakukan whistleblowing adalah sebesar 19.2%, sedangkan sisanya sebesar
0.818 atau 81.8%, dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan
dalam model penelitian ini.
Uji Statistik F
Berdasarkan hasil uji
F, didapat nilai F hitung sebesar 3.414 dengan signifikansi 0.01. Karena
tingkat signifikansi lebih kecil daripada 0.05 maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi intensi melakukan whistleblowing atau dapat dikatakan bahwa variabel profesionalisme
internal auditor (dimensi afiliasi komunitas), profesionalisme internal auditor
(dimensi kewajiban sosial), profesionalisme internal auditor (dimensi dedikasi
terhadap pekerjaan), profesionalisme internal auditor (dimensi keyakinan terhadap
peraturan sendiri atau profesi) dan profesionalisme internal auditor (dimensi
tuntutan untuk mandiri) mempunyai pengaruh secara simultan terhadap intensi
melakukan whistleblowing.
Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = 23.032 – 0.105X1
+ 0.606X2 – 0.617X3 + 0.112X4 + 1.469X5
+ 7.755
↠ Hasil Parsial
Pengaruh Profesionalisme Internal Auditor (Dimensi Afiliasi Komunitas) terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing
Berdasarkan
hasil penelitian, variabel X1 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,751
(p value > 0,05) dan koefisien regresi bernilai -0,105. Angka-angka ini
menunjukkan bahwa Dimensi Afiliasi Komunitas memiliki dampak negatif atau
bertolak belakang dengan intensi seorang Internal Auditor untuk melakukan whistleblowing.
Pada awalnya
Sagara memiliki asumsi semakin sering seorang Internal Auditor berkumpul atau
berdiskusi dengan sesamanya, membuat intensi seorang Internal Auditor untuk
menjadi whistleblower menjadi
meningkat. Namun hasil penelitian berkata sebaliknya. Seorang Internal Auditor
yang sering berkumpul dengan sesama Internal Auditor, sering berdiskusi dalam
sebuah forum bersama Internal Auditor lainnya, atau sering membaca jurnal
ilmiah yang berkaitan dengan profesinya, tidak menjadi jaminan bahwa
kesadarannya dalam melaporkan tiap tindak kecurangan di perusahaannya juga akan
meningkat. Dengan berkumpul bersama dengan sesama Internal Auditor, berdiskusi
dan bertukar pikiran memang bisa membuat seorang Internal Auditor menjadi lebih
profesional dalam melakukan pekerjaannya. Namun, untuk menjadi seorang whistleblower, itu semua dikembalikan
pada tiap masing-masing individu. Setiap Auditor Internal memiliki alasan,
faktor, dan motifnya sendiri untuk melaporkan atau tidak melaporkan
ketidakwajaran yang terjadi di perusahaan tempatnya bekerja.
Pengaruh Profesionalisme Internal Auditor (Dimensi Kewajiban Sosial) terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing
Berdasarkan
hasil penelitian, variabel X2 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,129
(p-value > 0,05) dan koefisien regresi bernilai 0,606. Angka-angka ini
menunjukkan bahwa Dimensi Kewajiban Sosial memiliki dampak negatif atau
bertolak belakang dengan intensi seorang Internal Auditor untuk melakukan whistleblowing.
Internal Auditor
merupakan sebuah profesi yang memiliki peran penting di masyarakat dengan
menilai apakah perusahaan yang diauditnya telah memenuhi kriteria wajar atau
belum. Namun demikian, hal ini tidak membuat seorang Internal Auditor menjadi
meningkat keinginannya untuk menjadi seorang whistleblower. Kesadaran bahwa profesinya memiliki kewajiban dan
secara tidak langsung bertanggungjawab kepada masyarakat ternyata belum cukup
untuk memotivasi seorang Internal Auditor menjadi seorang whistleblower.
Pengaruh Profesionalisme Internal Auditor (Dimensi Dedikasi terhadap Pekerjaan) terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing
Berdasarkan
hasil penelitian, variabel X3 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,696
(p-value > 0,05) dan koefisien regresi bernilai -0,167. Angka-angka ini
menunjukkan bahwa Dimensi Dedikasi terhadap Pekerjaan memiliki dampak negatif
atau bertolak belakang dengan intensi seorang Internal Auditor untuk melakukan whistleblowing.
Anggapan Sagara
bahwa semakin seorang Internal Auditor berdedikasi terhadap pekerjaannya maka
semakin tinggi juga niatan untuk melaporkan kecurangan dipatahkan oleh hasil
penelitian ini. Seorang Auditor Internal, meskipun telah melakukan pekerjaannya
dengan sebaik-baiknya tidak akan semerta-merta membuat niat dirinya akan
menjadi seorang whistleblower saat ia
menemukan kecurangan di dalam perusahaan yang diauditnya. Sagara berpendapat,
bahwa pemberian reward atau gaji yang
tinggi untuk Internal Auditor bisa membuat mereka termotivasi untuk melakukan whistleblowing jika memang ada
kecurangan yang terjadi.
Pengaruh Profesionalisme Internal Auditor (Dimensi Keyakinan terhadap Peraturan Sendiri atau Profesi) terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing
Berdasarkan
hasil penelitian, variabel X4 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,744
(p-value > 0,05) dan koefisien regresi bernilai 0,112. Angka-angka ini
menunjukkan bahwa Dimensi Keyakinan terhadap Peraturan Sendiri atau Profesi
memiliki dampak negatif atau bertolak belakang dengan intensi seorang Internal
Auditor untuk melakukan whistleblowing.
Sudah selayaknya
dibuat suatu standar atau aturan khusus untuk profesi Internal Auditor sehingga
meskipun mereka adalah Auditor Internal, tetapi mereka bisa bekerja secara
independen. Tidak adanya standar dan atau aturan ini, yang berlaku secara umum,
membuat Internal Auditor masih bekerja sesuai dengan standar perusahaan atau
organisasi masing-masing, dan hal ini bisa menjadi celah pihak managemen untuk
mengintervensi Internal Auditor. Intervensi yang dilakukan pihak managemen ini
akan menyulitkan posisi Internal Auditor untuk melakukan whistleblowing. Sagara berpendapat, seorang Internal Auditor akan
melaporkan kecurangan di perusahaannya saat terjadi konflik di perusahaan yang
bersangkutan.
Pengaruh Profesionalisme Internal Auditor (Dimensi Tuntutan untuk Mandiri) terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing
Berdasarkan hasil
penelitian, variabel X5 memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,002 (p-value
< 0,05) dan koefisien regresi bernilai 1,469. Angka-angka ini menunjukkan
bahwa Dimensi Tuntutan untuk Mandiri memiliki dampak positif atau sejalan
dengan intensi seorang Internal Auditor untuk melakukan whistleblowing.
Hal
ini sejalan dengan asumsi awal Sagara bahwa semakin mandiri seorang Internal
Auditor, maka semakin tinggi pula kemungkinan ia akan menjadi seorang whistleblower. Ini semua menandakan,
untuk terciptanya lingkungan perusahaan atau organisasi yang sehat dan bersih,
maka seorang Internal Auditor harus dituntut bekerja secara mandiri dan
independen tanpa adanya intervensi dari pihak manapun. Tentunya tuntutan untuk
mandiri ini datang bukan hanya dari dalam diri tiap individu Internal Auditor
tapi juga dorongan dari berbagai pihak, terlebih pemerintah dan masyarakat yang
senantiasa ikut mengawasi kinerja Internal Auditor agar kecurangan-kecurangan
yang dilakukan perusahaan dan berpotensi merugikan masyarakat bisa ditekan
bahkan hilang sama sekali.
Kesimpulan dan Saran
↠ Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
analisis data yang telah dikumpulkan dan diolah, diketahui bahwa Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan yaitu:
1.
Profesionalisme internal auditor dimensi
afiliasi komunitas berpengaruh negative terhadap intensi melakukan whistleblowing
2.
Profesionalisme internal auditor dimensi
Kewajiban social berpengaruh negatif terhadap intensi melakukan whistleblowing
3.
Profesionalisme internal auditor dimensi
Dedikasi terhadap pekerjaan berpengaruh negatif terhadap intensi melakukan whistleblowing
4.
Profesionalisme internal auditor
Keyakinan terhadap peraturan sendiri atau komunitas berpengaruh negatif
terhadap intensi melakukan whistleblowing
5.
Profesionalisme internal auditor dimensi
tuntutan untuk mandiri berpengaruh positif terhadap intensi melakukan whistleblowing
Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat mendorong manajemen untuk meningkatkan Profesionalisme
internal auditor melalui pendidikan dan diberikan reward sehingga dapat meningkatkan pengungkapan terhadap
pelanggaran yang terjadi. Selain itu diharapkan manajemen menerapkan whistleblowing system. Karena hal ini dapat menciptakan kinerja manajemen menjadi
lebih baik.
↠ Saran
Saran-saran
yang peneliti berikan bagi kesempurnaan penelitian-penelitian selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1.
Disarankan untuk mendapatkan data berupa
wawancara dari beberapa internal auditor yang menjadi responden penelitian agar
bisa mendapatkan data yang lebih nyata dan bisa keluar dari
pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang mungkin terlalu sempit atau kurang
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
2. Untuk
penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas daerah survei, sehingga
hasil penelitian lebih mungkin untuk disimpulkan secara umum.
3. Disarankan untuk penulis selanjutnya juga untuk menambah variabel independen selain yang telah digunakan dalam penelitian ini.
Kelebihan Jurnal
1.
Penggunaan
Aplikasi SPSS dinilai sudah tepat karena hasilnya lebih akurat.
2.
Variabel
yang digunakan sudah tepat karena berlandaskan konsep dari Kalbers
dan Forgathy (1995).
3. Kuesioner
cukup memudahkan dalam pengumpulan data karena tidak memerlukan waktu yang lama
dan data lebih up to date.
4. Penjabaran yang mendetail terutama pada bagian pembahasan parsial memudahkan pembaca lebih memahami tentang isi jurnal.
Kekurangan Jurnal
1.
Tidak
dijelaskan subjek dalam jurnal
2.
Tidak
dilampirkan isi dari kuesioner
3. Skala ganjil yang digunakan dalam kuesioner dikhawatirkan membuat jawaban responden terhadap kuesioner menjadi monoton.
Demikianlah review jurnal Profesionalisme Internal Auditor dan Intensi Melakukan Whistleblowing karya Yusar Sagara yang dikerjakan oleh Kelompok 2. Semoga review ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Terima Kasih.
0 komentar:
Posting Komentar