Senin, 27 April 2015

Perbudakan Buah Kapitalisme

PEREKONOMIAN INDONESIA
Analisis Contoh Kasus Kegiatan Kapitalisme di Indonesia



Nama: Kiki Rizky Virliana
NPM: 25214892
Kelas: 1EB42


BAB I
Pendahuluan
I.       Kapitalisme
Kapitalisme bukanlah sebuah istilah yang asing bagi Bangsa Indonesia maupun dunia. Paham Kapitalisme sampai saat ini masih memiliki pengaruh kuat bagi banyak Negara di dunia, termasuk Indonesia. Walaupun Indonesia sendiri sudah menganut sistem perekonomian demokrasi ekonomi yang merupakan perwujudan dari Pancasila dan UUD 1945, tapi paham Kapitalisme sendiri masih sering kita temui dalam praktik kegiatan ekonomi di Indonesia baik secara sadar atau tidak.
Secara etimologi, Kapitalisme berasal dari kata Capital (Modal) dan Isme (paham atau cara pandang). Namun jika kita kembali telusuri, Kapitalisme bermula dari bahasa latin Caput yang berarti ‘kepala’. Lalu apa hubugan kata Caput (kepala) dengan Capital yang sering diartikan modal? Konon, orang Romawi Kuno dulu mengukur kekayaan seseorang dari banyaknya hewan ternak yang orang itu miliki. Maka semakin banyak ‘caput’ nya semakin sejahteralah ia. Maka untuk seseorang dapat dikatakan sejahtera, ia akan berusaha untuk mengumpulkan ‘caput’ sebanyak-banyaknya. Sedangkan kata Isme seperti yang dapat kita lihat merupakan cara pandang atau bisa dibilang ideologi sebuah kelompok masyarakat yang mereka anut.


Sedangkan menurut istilah, Kapitalisme adalah sebuah paham yang mengutamakan modal. Dalam sebuah Negara yang menganut sistem perekonomian Kapitalisme,  perdagangan, industri, dan semua kegiatan ekonomi dikendalikan oleh pihak swasta dengan tujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Dalam sistem perekonomian ini Pemerintah tidak berhak ikut campur atau mengintervensi pihak swasta. Peran pemerintah hanyalah sebagai ‘penjaga malam’ yang mengawasi para pelaku ekonomi.
Banyak ahli yang mendefinisikan Kapitalisme, diantaranya Ebenstein menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme. Sedangkan Hayek, memandang kapitalisme sebagai perwujudan liberalisme dalam ekonomi. Menurut Ayn Rand, kapitalisme adalah suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-hak individu, termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat.


II.                Ciri-Ciri Negara yang Menganut Kapitalisme
Ciri-ciri Negara yang menganut Paham Kapitalisme diantaranya:
1.      Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi
2.      Pemilikan alat-alat produksi di tangan individu
3.      Inidividu bebas memilih pekerjaan/ usaha yang dipandang baik bagi dirinya.
4.      Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
5.      Pasar berfungsi memberikan “signal” kepada produsen dan konsumen dalam bentuk harga-harga.
6.      Campur tangan pemerintah diusahakan sekecil mungkin. “The Invisible Hand” yang mengatur perekonomian menjadi efisien.
7.      Motif yang menggerakkan perekonomian mencari laba
8.      Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar kepentingann (keuntungan) sendiri.

III.             Perkembangan Kapitalisme
Sebagai sebuah paham, Kapitalisme memiliki sejarah yang cukup panjang. Dimulai pada abad ke 15, paham ini mulai dikenal masyarakat pada waktu itu. Selama berkembang, Kapitalisme dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:

A.    Kapitalisme Awal
Pada masa ini masyarakat mulai mengenal perdagangan lintas Negara. Yang awalnya masyarakat bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, seiring berjalannya waktu mereka sadar bahwa perdagangan sangat dibutuhkan. Pada masa kapitalisme awal terbagi lagi menjadi dua masa, yaitu masa Paham Merkantilisme, dan Kolonialisme.

B.     Kapitalisme Klasik
      Pada masa ini terjadi kemajuan dan perubahan di dalam masyarakat kapitalis. Yang tadinya kegiatan hanya terfokus pada perdagangan lintas Negara, berkembang menjadi kegiatan industri. Pada masa ini, pelaku ekonomi mulai merubah kegiatan ekonominya yang tadinya hanya sebatas dalam sektor agraris menjadi sektor industri.
      Akumulasi modal di masa abad ke 18 ini mulai menunjukan peningkatan sehingga pelaku ekonomi mulai memperbaharui dirinya dengan menggunakan mesin untuk memproduksi produknya.

C.     Kapitalisme Lanjut
Masa ini bisa disebut sebagai masa kapitalisme modern. Masa Kapitalisme Lanjut dimulai sejak abad 19 dan momen Perang Dunia 1 menjadi momentum utamanya. Kapitalisme lanjut ditandai ditandai paling tidak oleh tiga momentum. Pertama, pergeseran dominasi modal dari Eropa ke Amerika. Kedua, bangkitnya kesadaran bangsa-bangsa di Asia dan Afrika terhadap kolonialisme Eropa sebagai ekses dari kapitalisme klasik, yang kemudian memanifestasikan kesadaran itu dengan perlawanan. Ketiga, Revolusi Bolzhevik Rusia yang berhasrat meluluhlantakkan institusi fundamental kapitalisme yang berupa pemilikan kapital secara individu atas penguasaan sarana produksi, struktur kelas sosial, bentuk pemerintahan dan kemapanan agama. Dari sana kemudian muncul ideologi tandingan, yaitu komunisme.
Pada masa ini mulai muncul perusahaan-perusahaan yang tidak hanya bergerak di bidang manufaktur tapi juga dibidang jasa dan mengutamakan kecanggihan tekhnologi. Peran pemerintah semakin minim dan para pelaku ekonomi mulai menyadari bahwa yang terpenting dari kegiatan ekonomi adalah modal yang besar untuk bisa mencapai keuntungan sebesar-besarnya.

IV.             Kelebihan Kapitalisme
1.      Lebih efisien dalam memanfaatkan sumber-sumber daya dan distribusi barang-barang.
2.      Kreativitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan melakukan segala hal yang terbaik dirinya.
3.      Pengawasan politik dan sosial minimal, karena tenaga waktu dan biaya yang diperlukan lebih kecil. 

V.                Kekurangan Kapitalisme
1.      Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada persaingan tidak sempurna dan persaingan monopolistik. 
2.      Sistem harga gagal mengalokasikan sumber-sumber secara efisien, karena adanya faktor-faktor eksternalitas (tidak memperhitungkan yang menekan upah buruh dan lain-lain). 
3.      Terjadinya kesenjangan sosial. Yang memiliki modal besar akan semakin kaya dan yang tidak memiliki modal akan semakin miskin.

VI.             Kapitalisme di Indonesia
Di Indonesia Kapitalisme dikenalkan oleh bangsa ini lewat penjajahan. Belanda yang menjajah Indonesia selama kurun waktu 350 tahun banyak mengenalkan dan meninggalkan segelintir paham kapitalisme di negeri kita ini. Selama 350 tahun itu Belanda menguras kekayaan alam Indonesia untuk kepentingannya sendiri.
Karena kapitalisme merupakan paham ‘muntahan’ dari bangsa penjajah, tentulah perkembangan kapitalisme tidak layaknya perkembangan di negara asalnya yaitu Inggris. kapitalisme di Indonesia masih muda, produksi dan pemusatannya belumlah mencapai tingkat yang semestinya. Kira-kira seperempat abad belakangan baru dimulai industrialisasi di Indonesia. Baru pada waktu itulah dipergunakan mesin yang modern dalam perusahaan-perusahaan gula, karet, teh, minyak, arang dan timah.  
Bila kita perhatikan perkembangan kapitalisme di Eropa dan Amerika, nyatalah pada kita bahwa cara produksi yang tua berturut-turut digantikan oleh yang muda. Biasanya kejadian itu tidak tampak jelas, tetapi adakalanya cepat sehingga cukup jelas. Kejadian yang belakangan ini ialah oleh adanya pendapatan-pendapatan baru. Biar bagaimanapun keadaan saat itu, ia adalah kemajuan menurut alam, sebab tenaga yang mendorongkan pada kemajuan itu ada di dalam genggaman masyarakat di Eropa dan Amerika sendiri.
Sebagaimana yang telah ditunjukkan, kemajuan industri di setiap negeri sejajar dengan timbulnya kota-kota yang mengeluarkan terutama barang-barang industri seperti barang-barang besi, perkakas pertanian, obat-obatan dan lain-lain. Desa-desa mengeluarkan beras, sayur-mayur, binatang ternak, susu dan lain-lain. Barang-barang kota yang berlebih — yakni barang itu dipandang penduduk kota sebagai keperluan hidupnya ditukarkan dengan barang-barang desa yang berlebih itu.
Di Amerika pada waktu yang biasa seperti pada tahun 1913, selagi negeri ini terpencil dan kurang imperialistis, seperti sekarang ini, boleh dikatakan sama besarnya perbandingan antara barang-barang industri dengan pertanian (harga pasar antara kedua barang itu hampir sama). Jadi dalam pemandangan ekonomi kota memenuhi keperluan desa, desa memenuhi keperluan kota.
Di Indonesia sebagai akibat kemajuan ekonomi yang tidak teratur sebagaimana mestinya, tidak seperti di atas keadaannya. Kota-kota kita tak dapat dianggap sebagai konsentrasi dari teknik, industri, dan penduduk. Ia tak menghasilkan barang-barang baik untuk desa maupun untuk perdagangan luar negeri, dari kapitalis-kapitalis bumiputra. Mesin-mesin pertanian, keperluan rumah tangga, bahan-bahan untuk pakaian dan lain-lain tidak dibuat di Indonesia, tetapi didatangkan dari luar negeri oleh badan-badan perdagangan imperialistis. Desa-desa kita tak menghasilkan barang kebutuhan untuk kota-kota, karena untuk mereka sendiri pun tak mencukupi. Beras misalnya, makanan rakyat yang terutama mesti didatangkan dari luar, di tahun 1921 seharga f 114,160,000, meskipun bangsa kita umumnya sangat pandai mengerjakan tanahnya dan semua syarat untuk menghasilkan beras bagi keperluan sendiri bahkan dapat pula mengeluarkan berasnya yang berlebih. Desa-desa kita mengeluarkan gula, karet, teh, dan lain-lain barang perdagangan yang mengayakan saudagar asing, tetapi memiskinkan dan memelaratkan kaum tarsi; kota-kota kita bukanlah menjadi pusat ekonomi bangsa Indonesia, tetapi terus-terusan menjadi sumber ekonomi yang mengalirkan keuntungan untuk setan-setan uang luar negeri.
Bahan yang menyebabkan kapitalisme bukanlah Indonesia — mengingat riwayat negeri kita yang tersebut di atas — teranglah bagi kita.
Sudah kita lihat bahwa politik perampok bangsa Belanda, memusnahkan sekalian benih-benih industri bumiputra yang modern. Hongi-hongi cultuur stelsel, monopoli stelsel dan gencetan pajak yang tak ada ampunnya. Dan pemasukan saudagar-saudagar Tionghoa yang teratur di zaman Kompeni Timur Jauh (VOC) menghancurluluhkan sekalian alat-alat sosial ekonomi dan teknik nasional yang kuat.
Jika sekiranya bangsa Indonesia tidak dirampok, dan mempunyai kepandaian teknik, serta dipengaruhi oleh orang asing, tentulah orang Indonesia ada kesempatan untuk memenuhi kemauan alam.
Boleh jadi dengan secara damai (seperti di Jepang) atau dengan perantara pemboikotan nasional (seperti di India) kaum menengah Indonesia atau Indo dengan jalan mengumpulkan kapital nasional mendirikan industri untuk memenuhi kebutuhan nasional seperti tenun besi.
Demikianlah, kapital Indonesia timbul dengan teratur pula antara lapisan-lapisan sosial Indonesia dan mempunyai perhubungan yang teratur. Saudagar Indonesia yang dulu kecil sekarang sudah menjadi bankir atau mengepalai perusahaan yang besar-besar. Penempa besi, tukang tukang gula, saudagar batik yang dulu kecil menjadi pemimpin industri logam, gula atau tenun. Tetapi imperialisme Belanda dalam 300 tahun tak meningkatkan apa pun untuk bangsa Indonesia, semua habis diangkut ke negerinya. Ia memuntahkan kapitalisme kolonial Belanda yang tidak ada duanya di dunia.


BAB II
Contoh Kasus

Upah Murah Nike, Buah Aturan Pemerintah Indonesia
                  JAKARTA - Jersey yang dipersiapkan untuk perhelatan Piala Dunia oleh Tim Nasional Inggris diproduksi oleh Nike di Indonesia. Namun, bayaran untuk buruh yang mengerjakan baju yang mahal ini sangat-sangat murah. 

Buruh-buruh ini hanya dibayar 30 pence per jam. Jika 100 pence setara dengan 1 pounds, artinya, buruh ini cuma dibayar Rp5.642 per jam. Jika buruh tersebut bekerja selama delapan jam sehari, dan masuk kerja selama lima hari dalam seminggu, mereka hanya mengantongi gaji sebesar Rp1,26 juta tiap bulan.

Upah tersebut ditetapkan Nike seiring dengan upah minimal  regional (UMR) oleh otoritas berwenang Indonesia. Meski demikian, uang tersebut terlalu sedikit untuk makan dan membeli pakaian keluarga mereka. Para buruh pun Kebanyakan hanya diam, karena takut dipecat jika bicara.

Namun, setelah protes besar-besaran tahun lalu, pekerja Nike di Jakarta mengalami kenaikan upah minimum 44 persen menjadi Rp2,2 juta, atau setara dengan 117 poundsterling per bulan. Sayangnya, berbeda dengan Jakarta, para pekerja pedesaan masih mengalami nasib yang buruk. 

Salah seorang buruh yang berperan menjadi penjahit di sebuah pabrik Nike di Indonesia, Aida, mengatakan telah menjahit kira-kira 120 unit kaus Nike per jamnya di pabrik tersebut. 

"Saya dan rekan kerja saya harus hidup pada Rp2,2 juta per bulan, jauh di bawah upah hidup untuk membeli makanan yang layak, perumahan dan perawatan kesehatan, dan pendidikan untuk keluarga dengan anak-anak," katanya seperti dikutip dari Mirror, Senin (7/3/2014).

"Satu kaus dijual seharga hampir 40 persen dari apa yang saya peroleh selama satu bulan. Nike membuat keuntungan besar dari pekerjaan kita, tapi gagal untuk membayar upah layak bagi kita. Seharusnya perusahaan mengikuti slogan Nike, 'Just do it'," tambah dia.

Tim kampanye anti Nike mengatakan, upah layak bagi seorang pekerja tunggal di Indonesia adalah sekitar 190 poundsterling per bulan atau setara Rp3,572 juta mengacu kurs Rp18.803 per poundsterling.

Markas utama Nike, di Oregon, Portland, memiliki kantor yang sangat bagus, dengan struktur kaca berkilauan dan memiliki bentuk ramping, dengan presidennya Mark Parker, dibayar 9,2 juta poundsterling atau Rp172,987 miliar pada 2013, dan mempunyai aset sebesar 15,6 miliar poundsterling dengan laba 1,5 miliar poundsterling tahun lalu. Kontras dengan kondisi panas dan berdebu di pabrik Indonesia.

Dalam beberapa dekade terakhir, biaya tenaga kerja yang meningkat di Jepang, Korea Selatan dan Taiwan, telah membuat Nike mengalihkan basis produksinya ke China, Thailand, Indonesia, Vietnam dan Kamboja.



BAB III
Analisis Kasus

Perbudakan Buah Kapitalisme

                  Jika kita bicara soal perbudakan yang akan terlintas pertama adalah masa-masa penjajahan Indonesia dulu. Bagaimana perbudakan marak terjadi dengan orang-orang pribumi. Para penjajah memperbudak Bangsa Indonesia untuk mengeruk kekayaan SDA bangsa ini dan akhirnya hanya untuk memenuhi kepentingannya sendiri.
                  Di zaman modern ini tentulah kata perbudakan sudah bagaikan kata yang tabu. Menganggap negeri ini sudah merdeka dari penjajahan fisik, kita tak akan menemukan lagi kasus perbudakan. Namun sepertinya kemerdekaan suatu negara bukanlah jaminan rakyatnya akan terbebas dari perbudakan.
                  Perbudakan sebagai buah dari kapitalisme bukanlah hal baru. Salah satu kasus yang tercium oleh media adalah kasus yang saya cantumkan di bab 2, yaitu upah murah yang diterima oleh buruh PT Nike. Seperti yang telah dicantumkan juga pada artikel, bahwa para buruh hanya diupah 2,2 juta rupiah perbulannya. Bahkan sebelum ini, seperti yang dilansir dari sebuah film dokumenter berjudul The Rulers of New Word yang dibuat oleh John Pilger jurnalis asal Inggris. Dalam film itu diungkap kalau seorang buruh PT Nike di Tangerang hanya mendapat 2,46 dollar AS per hari (sebelum krisis moneter) dari sekitar 90-100 dollar harga sepasang sepatu Nike. Padahal dalam sehari, mereka bisa menghasilkan sekitar 100 sepatu. Sementara itu, Michael Jordan meraup 20 juta dollar AS per tahun dari iklan Nike. Demikian pula Andre Agassi yang bisa memperoleh 100 juta dollar untuk kontrak iklan selama 10 tahun.
                  Masih di Indonesia, seorang buruh hanya mendapat 500 rupiah dari setiap helai celana sport yang ia buat. Padahal celana itu sendiri di jual di mall-mall besar seharga seratus ribuan rupiah.
                  Seperti prinsip dari kapitalisme itu sendiri, para swasta berlomba-lomba menginvestasikan modalnya untuk memperoleh laba sebanyak-banyaknya. Para pengusaha asing banyak ‘mengincar’ para buruh dari negara-negara berkembang seperti Indonesia karna tau bahwa upah untuk buruh disini murah. Itu mengapa, seperti yang ditulis pada kalimat terakhir artikel, PT Nike mulai mengalihkan basis produksinya ke China, Thailand, Indonesia, Vietnam dan Kamboja.
                  Sangat disayangkan kasus upah minim yang diberikan oleh perusahaan sekaliber Nike kepada buruhnya hanya menjadi angin lewat bagi Pemerintah Indonesia. Hal ini terkait dengan besarnya nilai investasi dan berbagai pajak yang akan ditargetkan oleh para penguasa dari keberadaan industri-industri tersebut. Dengan kata lain, eksploitasi dan perbudakan modern terhadap tenaga kerja terjadi sebagai hasil konspirasi antara penguasa dan pengusaha. Inilah ciri khas demokrasi dan kapitalisme
                  “yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin” kalimat itu sangat familiar setiap kali kita mempelajari kapitalisme, dan kata-kata ini benar terjadi oleh saudara-saudara kita kaum buruh. Karna hanya mereka yang memiliki modal besarlah yang bisa dikatakan sejahtera. Sedangkan mereka yang tidak memiliki modal untuk berinvestasi hanya bisa mangut dan terima saja. Kasus perbudakan sebagai hasil dari kapitalisme ini memanglah tidak bisa dihindari. Di zaman globalisasi dimana pengusaha asing bisa dengan bebas keluar masuk Indonesia untuk berinvestasi tidak bisa kita cegah atau hentikan. Tapi saya harap ada kepedulian lebih dari pemerintah mengenai masalah upah di bawah standar atau yang bisa kita sebut perbudakan di zaman modern. Para buruh Nike walaupun tidak menerima kekerasan secara fisik, tapi keringat dan waktu berjam-jam mereka berdiri di pabrik yang panas, untuk menghasilkan produk yang harganya adalah harga kalangan kelas atas, hanya dibayar sepersekian persen dari keuntungan tinggi yang dihasilkan oleh 1 produk Nike.
                  Jadi kesimpulannya mengapa saya setuju bahwa kasus ‘perbudakan’ yang dialami oleh buruh PT Nike ini adalah contoh kegiatan kapitalisme di Indonesia karena:
1.      Pihak asing (dalam hal ini Nike) yang menginvestasikan modalnya di Indonesia. Seperti yang dijelaskan pada bab pendahuluan, pada zaman kapitalisme awal orang-orang mulai melakukan perdagangan lintas negara yang menjadi awal dari lahirnya kapitalisme.
2.      Upah kecil yang diberikan Nike kepada buruhnya adalah perwujudan dari prinsip kapitalisme yaitu mencari keuntungan sebanyak-banyaknya yang dilakukan oleh pihak swasta
3.      Walaupun pabrik Nike ada di Indonesia, tapi mesin dan alat-alat untuk memproduksinya adalah milik pihak swasta asing, dalam hal ini Nike sendiri.
4.      Kurangnya perhatian pemerintah tentang hal ini seolah menggambarkan pemerintah tidak ikut campur dalam kegiatan perusahaan Nike di Indonesia.
                  Untuk itu kita sebagai warga Indonesia mulai sekarang mulailah menggunakan produk-produk asli Indonesia. Jangan sampai pihak swasta asing mengambil alih ‘kerajaan’ pasar kita dan menenggelamkan produk karya anak bangsa. Dan sekali lagi, dibalik rasa bangga anda terhadap produk luar negeri yang anda miliki, mungkin ada penderitaan saudara-saudara buruh kita yang bahkan tidak mendapatkan keadilan dari 1 produk yang mereka kerjakan dengan keringat dan tenaga mereka.







DAFTAR PUSTAKA

anonymous. (n.d.). Aksi Masa Tan Malaka (1926). Retrieved april 25, 2015, from https://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/AksiMassa/Bab4.htm

anonymous. (n.d.). Kapitalisme. Retrieved april 25, 2015, from Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kapitalisme

anonymous. (2013, mei 10). Perbudakan Tenaga Kerja Adalah Ciri Khas Kapitalisme. Retrieved april 25, 2015, from hizbut-tahrir: http://hizbut-tahrir.or.id/2013/05/10/perbudakan-tenaga-kerja-adalah-ciri-khas-kapitalisme/

harmoko, s. (2014, maret 12). Apa Itu Kapitalisme,Kapitalis Baik Pengertian Dan Ciri-Cirinya. Retrieved april 25, 2015, from http://softjan.blogspot.com/2014/03/apa-itu-kapitalisekapitalis-baik.html

Kertiyasa, m. b. (2014, april 7). Upah Murah NIKE, Buah Aturan Pemerintah Indonesia. Retrieved april 26, 2015, from http://economy.okezone.com/read/2014/04/07/320/966591/upah-murah-nike-buah-aturan-pemerintah-indonesia

Triyanto, T. (2014, Februari 16). Indonesian Student Union Serikat Mahasiswa Indonesia Semarang City. Retrieved April 25, 2015, from http://smi-semarang.blogspot.com/2014/02/sejarah-perkembangan-kapitalisme.html

yeimo, a. m. (2015, januari 12). Papua dalam bidikan kapitalisme. Retrieved april 25, 2015, from majalahselangkah: http://majalahselangkah.com/content/papua-dalam-bidikan-kapitalisme



0 komentar:

Posting Komentar